keep dreaming and reach that!!!

Archive for January 5, 2011

Aku dan kebodohan dalam cinta. part 9 [end]

Huh! Jantungku rasanya tak lelah untuk berdetak dengan cepat untuk menunggu respons dari Ael. Teman-temanku pun menyemangati Ael untuk menjawab pernyataanku tadi. Tapi, kulihat wajah Ael yang berubah menjadi tak bersemangat. Astaga! Apa dia akan..

Duar!

Ya tuhan!!! Dia memecahkan balon YES, aku mati rasa sekarang, aku ingin menangis sekarang. Ku rasakan tangan Jo yang mengelus punggungku. Ael menghampiriku,

Sorry, aku gak bisa Res”

“Kenapa?”

You’re my best friend, i cann’t, sorry”

“Apa hubungannya?”

“Aku ingin persahabatan kita ini murni adanya, aku menyayangimu layaknya sahabat”

Lalu Ael melepaskan kalung yang kuberikan tahun lalu itu.

“Kenapa di lepas?”

“Kalung ini gak pantes aku pake, lebih baik kamu kasih ke orang yang lebih cocok”, dia memberikan kalung itu dalam genggamanku dengan senyuman di bibirnya yang tipis.

Aku tak dapat berbicara lagi, tubuhku lemas. Rafael menyanggupi untuk mengantar Ael pulang, sedangkan teman-temanku yang lain bersamaku untuk menghibur.

Hampa yang kurasakan

Mungkin hampa akan menjadi teman dalam waktuku yang senggang

Ini sebuah kebodohan yang sangat besar dalam hidupku. Aku terlalu berharap akan satu cinta yang tak akan pernah bisa jadi milikku. Berhari-hari ku cerna semua perkataan Ael.

Aku ingin persahabatan kita ini murni adanya, aku menyayangimu layaknya sahabat

Mungkin benar apa katanya, sahabat haruslah menjadi sahabat selamanya. Apabila aku merasakan getaran yang hangat, itu hanya perasaan sayang layaknya seorang sahabat. Berhari-hari juga ku bangun semua semangatku, ku tak ingin terpuruk ke sekian kalinya. Aku ingin terus berdiri menantang matahari. Aku ingin jatuh cinta lagi, tak ingin seperti ini lagi.

Hmm, dua hari ke depan sepertinya liburan akhir semester akan berakhir. Semua perlengkapan telah dipack. Hari ini akan ku habiskan bersama teman-temanku, bukan Ael. Ael, setelah insiden penembakan itu, aku belum bisa menghubunginya. Aku mengalami shock berat akan kegagalan itu. Bukan marah, bukan.. tapi terlalu sakit apabila ku dengar halus suaranya. Lebih baik seperti ini dulu, sampai hatiku dapat sedikit terbuka untuk menerima kenyataan ini. Kami kumpul di cafe langganan kami.

“Lo yang traktir kan Res?”, tanya Jo sambil mengangkat segelas jus jeruk yang ada ditangan kanannya.

“Ya, tapi kalian jangan maruk. Duit gue kan terbatas”

“Ha! Bukannya duit lu unlimited?”, canda Albrama.

“Mangnya gue mesin ATM apa?”

“Res, lusa lo balik lagi ke sana?”, sahut Deri.

Aku hanya menjawabnya dengan mengangguk. Bersama teman-temanku disini, bercanda, menjahili Gilang, aku dapat melupakan rasa sakitku. Mereka adalah teman yang sangat pengertian, mereka tak pernah membahas Ael saat sedang bersamaku.

(more…)